Sore itu, hiruk pikuk kemacetan lalu-lintas sangat menegaskan individualisme metropolitan. Bunyi klakson kendaraan menjadi pengiring sore menuju senja. Wajah-wajah lelah dengan hati yang dipenuhi ego khas manusia terlihat sepanjang jalan raya. Kesana-kemari aku membuang pandanganku, tak menentu. Isi otakku juga hanya "Rumah, cepat sampai rumah dan tidur". Tak jarang aku menggerutu dengan para pengendara yang mungkin punya pemikiran yang sama di sekelilingku.
Lamunanku diatas kuda besi tiba-tiba di pecahkan oleh seorang anak manusia. Seorang anak laki-laki yang mungkin berusia kurang dari 10 tahun berkulit coklat tua hasil bakaran sinar surya, dan ditambah bedak alami jalanan kota. Dia lalu-lalang diantara para pengendara yang menunggu lampu hijau sembari menjajakan koran edisi hari itu. Beberapa orang hanya mengangkat tangannya mengisyaratkan kepada anak itu agar menjauh, beberapa lagi tak menghiraukannya dan menganggapnya nihil.
Aku hanya prihatin dengan negeri yang punya julukan Untaian Zambrud Khatulistiwa ini. Negeri yang pernah dijajah karena kekayaan alamnya, dan dimerdeka kan oleh persatuannya. Negeri yang nyaris tidak lagi mengamalkan dasar negaranya. Anak terlantar yang seharusnya dipelihara oleh negara, yang seharusnya merasakan atmosfer pendidikan lantas berkeliling menjajakan koran. Anak khatulistiwa yang malang.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?.
Kita generasi 90an mungkin sudah muak dijejali oleh keaadaan negeri yang seperti ini. Korupsi dari recehan sampai trilliunan, pungutan liar dimana-mana, uang pelicin inilah, itulah. Semua itu jelas terpatri dalam benak kita. Lalu, berapa banyak anak terlantar yang kehilangan haknya?, Hak untuk dipelihara oleh negara.
Lewat tulisan ini, saya berharap semoga kelak generasi kita adalah generasi yang membawa indonesia ke arah yang lebih baik. Tidak untuk menyalahkan pihak manapun, melainkan untuk menanam kembali nilai-nilai luhur Bhinneka Tunggal Ika yang makin lama makin lebur dengan lembaran kertas dengan wajah pahlawan.
Semoga generasi ini adalah generasi yang mau berubah, mau bangkit setelah jatuh berpuluh tahun. Generasi yang mau peduli dengan nasib negeri Indonesia. Makin lama kita terpuruk, makin sulit kita untuk bangkit. Masalahnya, tidak lagi butuh senjata api untuk membunuh musuh negeri, tapi melawan pemikiran individualis dan korupsi bangsa sendiri, melawan diri sendiri.
Aku hanya prihatin dengan negeri yang punya julukan Untaian Zambrud Khatulistiwa ini. Negeri yang pernah dijajah karena kekayaan alamnya, dan dimerdeka kan oleh persatuannya. Negeri yang nyaris tidak lagi mengamalkan dasar negaranya. Anak terlantar yang seharusnya dipelihara oleh negara, yang seharusnya merasakan atmosfer pendidikan lantas berkeliling menjajakan koran. Anak khatulistiwa yang malang.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?.
Kita generasi 90an mungkin sudah muak dijejali oleh keaadaan negeri yang seperti ini. Korupsi dari recehan sampai trilliunan, pungutan liar dimana-mana, uang pelicin inilah, itulah. Semua itu jelas terpatri dalam benak kita. Lalu, berapa banyak anak terlantar yang kehilangan haknya?, Hak untuk dipelihara oleh negara.
Lewat tulisan ini, saya berharap semoga kelak generasi kita adalah generasi yang membawa indonesia ke arah yang lebih baik. Tidak untuk menyalahkan pihak manapun, melainkan untuk menanam kembali nilai-nilai luhur Bhinneka Tunggal Ika yang makin lama makin lebur dengan lembaran kertas dengan wajah pahlawan.
Semoga generasi ini adalah generasi yang mau berubah, mau bangkit setelah jatuh berpuluh tahun. Generasi yang mau peduli dengan nasib negeri Indonesia. Makin lama kita terpuruk, makin sulit kita untuk bangkit. Masalahnya, tidak lagi butuh senjata api untuk membunuh musuh negeri, tapi melawan pemikiran individualis dan korupsi bangsa sendiri, melawan diri sendiri.
1 komentar:
Click here for komentarsemuanya gara-gara banyak tayangan media yang kurang mendidik tuh! :|
ConversionConversion EmoticonEmoticon